Selamat Datang di KoPi PaHiT Ku

Once, In the corner of the marketplace of Madinah, was a blind Jewish beggar, who would cry out daily to all those who came near him,
" O my brothers, don't be near Muhammad! He's a lunatic, he's a liar, a sorcerer! If you are to be close to him, you will be influenced by him!"
No matter whoever approached him, the blind Jewish beggar will definitely not waste his chance to incite them to hate the Prophet Muhammad, Sallalahu Alaihi Wassallam (peace be upon him).

All kinds of curses would spew forth from the beggar's lips even though he had never known the Prophet personally. The news about the blind Jewish beggar's daily cursing and badmouthing him came to the knowledge of the Prophet Sallalahu Alaihi Wassallam.
Even then, the Holy Prophet Muhammad did not get angry and he ignored the blind Jewish beggar's insults against himself.
On the contrary, from that day onwards, at each morning, the Prophet Sallalahu Alaihi Wassallam visited the blind beggar and brought food for him. Without saying a single word, the Blessed Messenger (peace be upon him) would feed the beggar with his own hand!
The blind beggar would chew the food being fed to him and eat contentedly. Once he was full, he'd express his gratitude without knowing that the one who had fed him was the Holy Prophet of Allah, Muhammad Sallalahu Alaihi Wassallam.
The Prophet Muhammad Sallalahu Alaihi Wassallam continued to feed the blind beggar without fail each day till the day he died! Throughout his service to the blind beggar, he never identified himself to the blind Jewish beggar!
After the Prophet Muhammad Sallalahu Alaihi Wassallam had passed away, no one brought food to the blind beggar anymore!
The blind Jewish beggar waited daily and was perplexed as to why the kind man did no longer come to feed him and provide for him as he had done all this while. The blind beggar waited in vain for the kind gentleman who had never missed visiting him each and every morning all these while . One day, the closest Companion of the Holy Prophet Sallalahu Alaihi Wassallam, Saiyidina Abu Bakar As Siddiq @ The Truthful One, Radhiallahu Anhu (May Allah be pleased with him) visited the home of his daughter, Saiyidatina Aishah.
Abu Bakar asked Aishah, " O my child, is there any habit of my beloved (Prophet) that I have yet to carry on?"
Aisyah replied, " Dear Father, you are verily a follower of the Sunnah (Habits) of the Prophet and there is none that you have yet to do except for one deed only!"
" What is that?" asked Abu Bakar.
"Every morning, the Prophet of Allah will go to the end of the marketplace, bringing food to a blind old Jewish beggar who lives there and feed him by his hand," said Aishah.
The next day, Abu Bakar As Siddiq went to the marketplace with food for the blind beggar. Abu Bakar As Siddiq approached the beggar and started to feed him.
At the first handfull of food being fed to him, the blind Jewish beggar became angry and shouted out ," Who are you?"
Abu Bakar answered " I am the one who usually feeds you every morning".
"No! Don't you lie to me!" objected the blind beggar.
Abu Bakar was shocked, thus he asked" Why do you say so?"
Answered the blind Jewish beggar," Because when he comes to me, I always felt it easy to hold his hand and found it easy to chew the food he fed me! The man who used to feed me would make the food more delicate(softer) before feeding it to me!"
Abu Bakar As Siddiq could not hold back his tears anymore and he burst out crying and had to disclose who he actually was to the beggar.
"Verily, I am not the one who used to come and feed you. I am one of his Companions for the noble one is alive no more! He was none other than the Blessed Prophet of Allah, Muhammad Sallalahu Alaihi Wassallam"
"Muhammad?" asked the blind old Jewish beggar, totally shocked with what he had just heard.
"You mean to tell me that the one who came each morning without fail and fed me by his hand was Muhammad?" asked the beggar.
"Yes! It was Muhammad!" answered Abu Bakar.
Immediately, the blind old Jewish beggar wailed out in despair and cried so pitifully coming to realise that it was none other than the Holy Prophet who had been feeding him all this while.
"All these while...all these while, I had been cursing him, I had been slandering him.
Not once has he ever scolded me ! He kept coming every morning to feed me! He is so noble!.." cried the old blind Jewish beggar as he wiped away his flowing tears on his cheeks.
The blind beggar reached out to Saiyidina Abu Bakar As Siddiq, the first Caliph of the Muslims and testified before him the Kalimah Shahadah : There is No God but Allah and Muhammad is Messenger of Allah.
Selengkapnya ...
Label: 0 komentar |
Kisah ini bisa dibilang bukti nyata kalau kasih ibu terhadap anak tiada terkira. Donna Blanks, 32, asal South Wales rela mengorbankan nyawa agar punya anak. Tak hanya itu, Donna juga harus menderita sakit yang tak terkira selama mengandung dan sesudah melahirkan. Pasangan Donna dan Gary Thomas telah menunggu lama sebelum akhirnya menyadari kalau mereka akan punya momongan. Setelah penantian 13 tahun, mimpi itu bisa terwujud.

Sayangnya, impian itu dirusak oleh kenyataan kalau Donna akan kehilangan nyawa jika mempertahankan kandungannya. Sebab dokter mendapati kalau Donna mengalami gagal ginjal.Masalah ginjal itu membuat kehamilan menjadi berbahaya bagi nyawa Donna sendiri. Atas dasar pertimbangan itu, dokter telah meminta agar kandungan Donna digugurkan agar nyawanya selamat.Usulan aborsi tersebut ditolak oleh Donna. Ia tak mau melepas kesempatan untuk menjadi seorang ibu yang sudah diimpikan selama 13 tahun. Donna pun bertekad untuk melanjutkan kehamilannya, meski tahu kalau bayi yang dilahirkannya harus membayar dengan nyawanya sendiri.
Ibu dari Donna, Sallie (52) yang berasal dari Newport, South Wales mengamini kalau impian Donna adalah menjadi seorang ibu. Menurut Sallie, menjadi seorang ibu adalah satu-satunya hal yang diinginkan oleh Donna seumur hidupnya.
Donna yang berprofesi sebagai perawat telah mengalami masalah medis sejak remaja. Akibatnya Donna pun sempat berpikir kalau dirinya tak akan mampu memiliki momongan.
Ia telah menderita diabetes sejak usia 12 tahu. Kondisinya makin memburuk seiring bertambahnya usia. Kehamilan turut memperparah kondisi tubuh Donna.
"Karenanya Donna percaya kalau ia mendapat keajaiban ketika hamil. Ia juga berjanji akan mengorbankan segalanya untuk melindungi kehamilannya, termasuk mengorbankan dirinya sendiri. Tak ada yang dapat menghentikan niatnya. Ia akan terus melanjutkan kehamilan meski harus kehilangan nyawa," ucap Sallie.
Kehamilannya sendiri tak mudah. Demi janin yang dikandung, Donna harus berhenti mengkonsumsi obat-obatan untuk masalah ginjal yang dideritanya. Akibatnya, Donna mengalami sakit yang tak tertahankan.
Setelah 27 minggu, Donna mendapatkan impiannya, seorang bayi laki-laki telah lahir. Kebahagiaan Donna dibarengi dengan kondisi tubuhnya yang semakin memburuk.
Tak hanya itu, bayi yang diberi nama Cade ini lahir prematur dan dokter memprediksi hidup Cade tak akan lama. Dengan berat kurang dari 2,5 kilogram dan masalah pada katup jantung, Cade kecil berjuang untuk terus bertahan hidup.
Segala kemungkinan dijalani agar Cade terus bertahan hidup. Cade harus menjalani operasi jantung untuk menyambung hidup. Ia juga harus kembali naik meja operasi untuk membenahi masalah pada sistem pencernaanya. Malah operasi yang terakhir ini lebih sulit dan kompleks.
Tapi Cade membuktikan dirinya sebagai anak yang kuat. Kondisi Cade semakin membaik dan makin kuat. Sebaliknya, kondisi Donna malah makin lemah dari hari ke hari.
Imbasnya, Donna pun harus menjalani proses cuci darah sebanyak tiga kali seminggu di rumah sakit University of Wales. Ibu dan anak ini dirawat di rumah sakit yang sama, jadi Donna tetap bisa berada di samping Cade ketika di rumah sakit.
Setelah tiga setengah bulan, Cade sudah cukup kuat untuk meninggalkan perawatan dari rumah sakit. Donna pun memutuskan untuk mengubah jenis cuci darah yang dijalani agar bisa menemani Cade di rumah.
“Meski bahagia, kondisi kesehatan Donna terus menurun. Tapi putri saya seorang wanita yang tangguh. Ia tetap merawat Cade dengan bantuan dari kami,” ucap Sallie.
Sebenarnya ada alternatif medis yang bisa dilakukan oleh Donna. Dokter telah menawarkan operasi cangkok ginjal agar nyawa Donna selamat. Bahkan ayah dan kakak Donna, Russel dan Christopher sudah bersedia untuk mendonorkan ginjal mereka. Keduanya adalah donor yang cocok bagi Donna.
Tapi kondisi Donna makin parah. Ia mengalami masalah dengan jantungnya, artinya ia tak bisa langsung menjalani cangkok ginjal begitu saja.
Akhirnya Donna harus kembali dirawat di rumah sakit setelah dokter menyuruhnya untuk menjalani terapi cuci darah yang berbeda jenis.
Terakhir kali Donna bicara pada keluarganya, ia mengatakan kalau dirinya merasa baik-baik saja dan berharap bisa berada di rumah keesokan harinya.
Tapi nasib berkata lain, tanggal 22 September dini hari, pihak rumah sakit mengabarkan Sallie kalau Donna sudah tiada.Suster mendapati Donna terkena serangan jantung. Setelah 40 menit berjuang untuk menyelamatkan Donna, akhirnya tim dokter pun kalah oleh nasib. Donna secara resmi dinyatakan meninggal.
“Waktu yang kuhabiskan bersama Donna tak cukup lama. Meski tak lama, aku tahu dia wanita yang menakjubkan yang selalu melakukan apa saja untuk kebaikan orang lain. Dia benar-benar wanita yang sangat langka. Dia akan selalu kuingat,” ucap Gary, pasangan hidup Donna.Sallie menambahkan kalau dirinya tidak siap untuk kehilangan putri kesayangannya. Meski demikian, Sallie bangga akan perjuangan Donna.
“Kami semua sedih akan kepergian Donna. Cade harus tumbuh tanpa sentuhan seorang ibu,” ucap Sallie.
Sallie turut merawat Cade dan merasa beruntung bisa melihatnya tumbuh besar. Sallie berjanji akan menceritakan semua perjuangan dan betapa mengagumkankannya Donna kepada Cade.“Saya bisa melihat diri Donna ada dalam Cade. Saya berharap Cade mewarisi sifat dan rambut bergelombang milik Donna yang cantik. Cade pasti akan bangga terhadap ibunya,” imbuh Sallie
Selengkapnya ...
di suatu desa, sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"
Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang.


Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak " Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...." Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkap tikus" Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku" Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan" Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali" Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sng ular berkata " Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku" Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang
terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan. Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.
Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam) Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.
SO...SUATU HARI..KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA...PIKIRKANLAH SEKALI LAGI

Selengkapnya ...
Kisah ini tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kalimat terakhir yang ia tinggalkan di batu nisannya adalah "saya pernah datang dan saya sangat penurut"


Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.
Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, “saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan”. Kemudian, papanya memberikan dia nama Yu Yan.
Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.
Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.
Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia. Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.
Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000 $. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.
Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin mati”.
Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati”. “Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri.
Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: “Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah melihat foto ini”. Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.
Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.
Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan, tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di-email bahkan menulis: “Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta.”
Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perempuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.
Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: “Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik hati”. Yu Yuan kemudia berkata : “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”. Wartawan itupun menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik”. Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”
Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.
Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,……. Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. “Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh”. Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis.
Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain.
Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah……………” demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa-mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.
Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang dan aku sangat patuh” (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.
Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.
Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan, kamu pasti sedang melihat kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata “Aku pernah datang dan aku sangat patuh”.
Kesimpulan:
Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati kita. Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan Dunia.
Walaupun hidup serba kekurangan, Dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang Pengasih.
Selengkapnya ...
Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.Sesampainya disana sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga..


tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.
"Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut.
"Beliau hari ini sibuk," sahut sang Sekretaris cepat.
"Kami akan menunggu," jawab sang Wanita.
Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak.Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya."Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi," katanya pada sang Pimpinan Harvard.Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.
Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini.bolehkah?" tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.
Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia
tampak terkejut. "Nyonya," katanya dengan kasar, "Kita tidak bisa
mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal.
Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan."
"Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat,
"Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan
sebuah gedung untuk Harvard."
Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju
pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, "Sebuah
gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung? Kalian perlu
memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard."
Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang.
Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang.
Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanya
sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita
buat sendiri saja ?" Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan
kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi,melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah
peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.
Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

Pesan Moral :
Kita, seperti pimpinan Harvard itu, acap silau oleh baju, dan lalai.
Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat
tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju, acap
menipu.

Selengkapnya ...
Ini adalah cerita sebenarnya (diceritakan oleh Lu Di dan di edit oleh Lian Shu Xiang). Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi segalanya sudah terlambat.


Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami,malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah,saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama.
Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya,dia adalah satu-satunya harapan nenek,nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju,kami segera menyiapkan sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek,agar dia dapat berjemur,menanam bunga dan sebagainya.Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata :"Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar,aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya yg bidang,ada suatu perasaan nyaman dan aman disana.Aku seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan kedalam kantongnya.Kalau terjadi selisih paham diantara kami,dia suka tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah.Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar,sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya ,buat apa beli bunga?Kan bunga tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu,rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira."Nenek berlalu sambil mendumel,suamiku berkata sambil tertawa:"Ibu,ini kebiasaan orang kota,lambat laun ibu akan terbiasa juga."
Nenek tidak protes lagi,tetapi setiap kali melihatku pulang sambil membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu,setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengkan kepala.Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab,dia selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil berkata:"Putriku,kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang sebenarnya." Lambat laun,keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.
Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri,di mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan.Di meja makan,wajah nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya.Nenek selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan sendok,itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari,seharian terus menari membuat badanku sangat letih,aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi disaat musim dingin.Nenek kadang juga suka membantuku di dapur,tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot,misalnya;dia suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan,dikumpulkan bisa untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik,dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan kantong plastik. Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan pencuci,agar supaya dia tidak tersinggung,aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari,nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya,dia segera masukke kamar sambil membanting pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah,malam itu kami tidur seperti orang bisu,aku coba bermanja-manja dengan dia,tetapi dia tidak perduli.Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu bisa membuatmu mati?"
Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama,suasana mejadi kaku.Suamiku menjadi sangat kikuk,tidak tahu harus berpihak pada siapa?Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur,setiap pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya,suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan lahap,dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu,aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja.Saat tidur,suami berkata:"Lu di,apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku,makanlah bersama kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba canggung itu.
Pagi itu nenek memasak bubur,kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku,seakan-akan isi perut mau keluar semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi,sampai disana aku segera mengeluarkan semua isi perut.Setelah agak reda,aku melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar mata yg tajam,diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya.Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata.Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku,aku bertengkar hebat dengan suamiku,nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku segera mengejarnya keluar rumah.
menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.Aku sangat kecewa,semenjak kedatangan nenek di rumah ini,aku sudah banyak mengalah,mau bagaimana lagi?Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau,sungguh sangat menyebalkan.Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu Di,sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil.Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu.Sebuah berita gembira yg terselip juga kesedihan.Mengapa suami dan nenek sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku,3 hari tidak bertemu dia berubah drastis,muka kusut kurang tidur,aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya.Dia melihat ke arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi,pandangan matanya penuh dengan kebencian dan itu melukaiku.Aku berkata pada diriku sendiri,jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi.Padahal aku ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak.Dan berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan.Didalam taksi air mataku mengalir dengan deras.
Mengapa kesalah pahaman ini berakibat sangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian,aku menangis dengan sedihnya.Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci,aku menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang mengambil uang dan buku tabungannya.Aku nenatapnya dengan dingin tanpa berkata-kata.Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku.Sungguh lelaki yg sangat picik,dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta dengan uang.Aku tersenyum sambil menitikan air mata.
Aku tidak masuk kerja keesokan harinya,aku ingin secepatnya membereskan masalah ini,aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit.Mulutku terbuka lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya,nenek sudah meninggal.Suamiku tidak pernah menatapku,wajahnya kaku.Aku memandang jasad nenek yg terbujur kaku.Sambil menangis aku menjerit dalam hati:"Tuhan,mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman,suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku,jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain,pagi itu nenek berjalan ke arah terminal,rupanya dia mau kembali ke kampung.Suamiku mengejar sambil berlari,nenek juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang.Aku baru mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian.Jika aku tidak muntah pagi itu,jika kami tidak bertengkar, jika............dimatanya,akulah penyebab kematian nenek.
Suamiku pindah ke kamar nenek,setiap malam pulang kerja dengan badan penuh dengan bau asap rokok dan alkohol.Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku terinjak-injak.Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak.Tetapi melihat sinar matanya,aku tidak pernah menjelaskan masalah ini.Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku.Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain.Dia pulang makin larut malam.Suasana tegang didalam rumah.
Suatu hari,aku berjalan melewati sebuah café,melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam.Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra.Aku tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi.Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya.Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa.Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu.Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku.Suara detak jangtungku terasa sangat keras,setiap detak suara seperti suara menuju kematian.Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka,jika tidak.. mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah.Seakan menjelaskan padaku apa yang telah terjadi.Sepeninggal nenek,rajutan cinta kasih kami juga sepertinya telah berakhir.Dia tidak kembali lagi ke rumah,kadang sewaktu pulang ke rumah,aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya.Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini.Tetapi itu tidak terjadi.........,semua berlalu begitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri,pergi check kandungan seorang diri.Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama,hati ini serasa hancur.Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini,tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya.Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.
"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri,aku sudah bisa mengontrol emosi.Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya:""Tunggu sebentar,aku akan segera menanda tanganinya"".Dia melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku.Aku berkata pada diri sendiri,jangan menangis,jangan menangis.Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.Selesai membuka mantel,aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit.Sambil duduk di kursi,aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.""Lu di,kamu hamil?"" Semenjak nenek meninggal,itulah pertama kali dia berbicara kepadaku.Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar dengan derasnya.Aku menjawab:""Iya,tetapi tidak apa-apa.Kamu sudah boleh pergi"".Dia tidak pergi,dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan.Perlahan-lahan dia membungkukan badanya ke tanganku,air matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku,semua sudah berlalu,banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali."
Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan aku,maafkan aku".Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa.Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga.Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan mencair,tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku,aku bisa bertahan untuk terus hidup.Terhadapnya,hatiku dingin bagaikan es,tidak pernah menyentuh semua makanan pembelian dia,tidak menerima semua hadiah pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya.Sejak menanda tangani surat itu,semua cintaku padanya sudah berlalu,harapanku telah lenyap tidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku,aku segera berlalu ke ruang tamu,dia terpaksa kembali ke kamar nenek.Malam hari,terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak perduli.Itu adalah permainan dia dari dulu.Jika aku tidak perduli padanya,dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit.Dia lalu akan memelukku sambil tertawa terbahak-bahak.Dia lupa........,itu adalah dulu,saat cintaku masih membara,sekarang apa lagi yg aku miliki?
Begitu seterusnya,setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir.Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi,perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak.Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang.Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming.Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar,malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer.Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku.Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.
Suatu malam di musim semi,perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yg keras.Dia segera berlari masuk ke kamar,sepertinya dia tidak pernah tidur.Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya.Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.Sepanjang jalan,dia mengenggam dengan erat tanganku,menghapus keringat dingin yg mengalir di dahiku.Sampai di rumah sakit,aku segera digendongnya menuju ruang bersalin.Di punggungnya yg kurus kering,aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya.Sepanjang hidupku,siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukandia?
Sampai dipintu ruang bersalin,dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan,sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya.Keluar dari ruang bersalin,dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia.Aku memegang tanganya,dia membalas memandangku dengan bahagia,tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai.Aku berteriak histeris memanggil namanya.
Setelah sadar,dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,tetapi kenyataannya tidak demikian,aku tidak pernah merasakan sesakit saat ini.Kata dokter,kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan,bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mukjijat.Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata dokter,bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk.Aku tidak lagi perduli dengan nasehat perawat,aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya,aku masih berpikir dia sedang bersandiwara…………Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku,demi dirimu aku terus bertahan,sampai aku bisa melihatmu.Itu adalah harapanku.Aku tahu dalam hidup ini,kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan,sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu.Didalam komputer ini,ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan kamu hadapi.Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"Anakku,selesai menulis surat ini,ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun -tahun.Ayah sungguh bahagia.Cintailah ibumu,dia sungguh menderita,dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg paling ayah cintai".
Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK,SD,SMP,SMA sampai kuliah,semua tertulis dengan lengkap didalamnya.Dia juga menulis sebuah surat untukku.""Kasihku,dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini.Maafkan salahku,maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku.Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya.Kasihku,jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini,berarti kau telah memaafkan aku.Terima kasih atas cintamu padaku selama ini.Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannyapada anak kita.Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya". Kembali ke rumah sakit,suamiku masih terbaring lemah.Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata:"Sayang,bukalah matamu sebentar saja,lihatlah anak kita.Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia membuka matanya,tersenyum..............anak itu tetap dalam dekapannya,dengan tanganya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata..................
Teman2 terkasih,aku sharing cerita ini kepada kalian,agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis,ingatlah pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara kalian yg saling mengasihi,sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam hati.Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan:Jika kita tahu besok adalah hari kiamat,apakah kita akan menyesali semua hal yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat,pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup.
Selengkapnya ...

Hit Counter :
KopiPahitKu